Bagi seorang muslim, shalat adalah hal yang wajib dilakukan, di manapun berada dan dalam kondisi apapun. Orang yang meninggalkan sholat karena dilalaikan oleh urusan dunia akan celaka nasibnya, berat siksanya, merugi perdagangannya, besar musibahnya, dan panjang penyesalannya.
Ketika melakukan perjalanan seperti mendaki gunung, merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dielakkan dalam kehidupan manusia, apa lagi pada jaman modern ini. Perjalanan selalu membutuhkan tenaga dan menyita waktu kita, entah itu banyak atau sedikit. Meski dengan berkembangnya teknologi transportasi, jarak tempuh perjalanan tidak selalu berbanding lurus dengan waktu yang dibutuhkan, karena ada faktor lain yang sangat menentukan, yaitu alat transportasi yang dipergunakan serta kondisi di perjalanan.
Untuk itu, Islam memberi solusi dengan memberikan aturan-aturan yang sangat mempermudah bagi para musafir atau traveller dalam hal ini pendaki gunung. Sholat yang dilaksanakan dalam perjalanan biasa disebut sholatus safar.
1. Shalat di Kendaraan
Ketika sedang berada di perjalanan, katakanlah menuju lokasi pendakian membutuhkan perjalanan sehari semalam. Otomatis selama perjalanan kita akan melewati beberapa kali waktu shalat. Nah, ada beberapa cara melakukan shalat dalam perjalanan ketika di dalam pesawat/kereta api/bus.
– Tayammum pengganti Wudhu
Media yang dapat digunakan untuk bertayammum adalah seluruh permukaan bumi yang bersih baik itu berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering.
Tata cara tayammum :
– Membaca basmalah (Bismillahirrahmannirrahim)
– Meletakkan kedua telapak tangan kepada benda atau tempat yang berdebu bersih
– Kedua telapak tangan tersebut dihirup atau ditapukkan kemudian diusapkan ke muka
– Kedua telapak tangan, tangan kiri mengusap punggung telapak tangan kanan, dan sebaliknya tangan mengusap punggung telapak tangan kiri (ada pendapat sampai kedua sikut)
– Urutan dilakukan dengan tertib
– Shalat menghadap arah duduk
Jika di atas kendaraan mampu shalat sambil menghadap kiblat maka wajib shalat dengan menghadap kiblat, meskipun sambil duduk. Namun jika tidak memungkinkan menghadap kiblat, bisa shalat dengan menghadap sesuai arah kendaraan.
Sebagian pendapat mengatakan, selain melaksanakan shalat ketika di kendaraan/pesawat untuk menghormati waktu shalat, setiba di tujuan wajib mengulangi (mengqadha) shalatnya.
2. Shalat di Gunung
Ketika dalam pendakian, beberapa kondisi akan terjadi pada diri kita. Misalnya udara dingin, mengejar waktu agar tidak kemalaman tiba di camp, dis-orientasi arah dan persediaan air yang terbatas. Untuk menghadapi hal-hal seperti ini, Islam pun memberikan solusi agar tetap bisa menjalankan shalat.
– Dalam berwudhu, anggota badan yang wajib untuk dibasuh adalah wajah, kedua tangan hingga batas siku, mengusap sebagian kepala dan mencuci kaki hingga batas mata kaki. Masing-masing wajib dibasuh/diusap sekali saja. Kalau dua atau tiga kali sifat hanya sunnah. Namun bila kondisinya sangat dingin dan khawatir menyebabkan penyakit, maka boleh melakukan tayammum. Yaitu dengan menyapu wajah dan tangan dengan tanah/debu sebagai ganti dari wudhu.
Berwudhu juga bisa dilakukan ketika masih menggunakan sepatu. Praktek seperti ini memang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW dahulu. Dan menjadi bagian dalam tata aturan berwudhu` terutama bila dalam keadaan udara yang sangat dingin.
Caranya sama dengan wudhu` biasa kecuali hanya pada ketika hendak mencuci kaki, maka tidak perlu mencopot sepatu, tapi cukup membasuh bagian atas sepatu dari bagian depat terus ke belakang sebagai ganti dari cuci kaki. Sepatu tetap dalam keadaan dipakai dan tidak dilepas.
Namun perlu diingat, sepatu yang digunakan haruslah yang menutupi hingga mata kaki dan bukan terbuat dari bahan yang tipis tembus air. Juga tidak boleh ada bagian yang bolong/robek.
3. Shalat menghadap kiblat
Ketika hari masih terang, kita mudah menentukan arah kiblat. Namun akan menjadi kendala ketika malam hari atau ketika kondisi tertutup kabut tebal yang menutup cahaya matahari.
Ada beberapa cara menentukan arah kiblat :
– Cara termudah gunakan kompas/GPS
– Lihat kalau ada kuburan, biasanya kalau Islam kuburannya menghadap barat. Di beberapa gunung di Jawa, di puncak gunung terdapat kuburan. Namun terkadang di kawasan tertentu di Jawa, kuburan ada yang menghadap utara-selatan.
– Perhatikan tumbuhan lumut yang banyak terdapat di gunung. Lumut biasa hidup di daerah yang minim mendapatkan cahaya matahari, oleh karena itu kebanyakan lumut akan hidup di daerah yang menghadap ke arah barat.
– Rasi Bintang Orion (Bintang Waluku/Bajak/Belantik) untuk arah Barat.
Ini adalah rasi paling mudah dikenali. Ciri khasnya adalah tiga buah bintang yang terang, saling berdekatan dan dalam satu garis lurus. Tiga bintang itu disebut sabuk orion. Satu garis yang menghubungkan tiga bintang itu bisa dijadikan petunjuk arah kiblat.
4. Shalat pakai sepatu trekking boleh?
Seorang yang shalat boleh dalam kondisi sedang mengenakan sepatu, maksudnya pakai sepatunya sebelum shalat, bukan saat sedang shalat. Jadi waktu sedang shalat, sepatunya dalam keadaan terpakai.
5. Shalat Jamak dan Qasar
Shalat fardhu boleh dijamak bila anda dalam keadaan safar/melakukan perjalanan. Mendaki gunung termasuk salah satu bentuk perjalanan yang bisa dijadikan dasar dari menjamak shalat. Shalat yang boleh dijama’ adalah shalat zhuhur dengan shalat ashar, dan shalat maghrib dengan shalat isya.
Ada pula yang namanya mengqasar shalat. Cara melaksanakan shalat qasar dengan meringkas jumlah rakaat, misalnya shalat zhuhur, asar dan isya yang tadinya 4 rakaat di qasar/ diringkas menjadi 2 rakaat.
6. Buang Air Besar
Bagi sebagian pendaki, “setor” buang hajat terkadang menjadi kendala ketika naik gunung. Mungkin karena tidak terbiasa, jadi terpaksa mencari lokasi yang sekiranya nyaman untuk buang hajat. Yang menjadi masalah adalah, bagaimana ceboknya dengan kondisi air yang terbatas.
Islam memberikan solusi membersihkan bukan dengan air tapi dengan benda-benda padat lainnya seperti batu, kayu dan lain-lainnya seperti yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW yang lebih banyak menggunakan batu. Yaitu tiga buah batu yang berbeda yang digunakan untuk membersihkan bekas-bekas yang menempel saat buang air.
Pakai tissue basah boleh? Boleh saja, karena itu akan memudahkan dan bisa membersihkan juga.
7. Mimpi Basah
Jangan senyum-senyum dulu yah 🙂 Namanya mimpi basah tidak kenal waktu dan tempat serta tidak bisa dicegah. Bisa saja ketika di gunung, rejeki itu datang tiba-tiba. Bagaimana mandi wajibnya?
Dalam kondisi di gunung dengan udara yang sangat dingin sehingga untuk menyentuh air pun akan ‘mati beku’, maka tayammum bisa menjadi solusi. Karena tayammum itu bukan hanya mengangkat hadats kecil saja tetapi juga sekaligus hadats besar. Jadi tidak perlu mandi basah digunung yang nantinya hanya akan membuat sakit.
Prinsipnya selagi manusia mempunyai kesempatan untuk melakukan shalat dan tidak menjadi darurat, selayaknya manusia tidak malu untuk segera melaksanakan shalat baik laki-laki maupun wanita. Karena malu di sini tidak boleh karena demikian itu berkaitan dengan shalat dan dapat dilaksanakan di mana saja, termasuk di gunung.
Sekali lagi, hal tersebut di atas tidak bermaksud selain untuk memudahkan dan tidak menyulitkan manusia untuk tetap shalat. Demikian pula, meski sering jalan-jalan dan naik gunung jangan lupa melaksakan sholat 5 waktu.
“Barangsiapa meninggalkan shalat yang wajib dengan sengaja, maka janji Allah terlepas darinya. ”
-HR. Ahmad-
Photo :
Dian Sahid
Windmill
Sucipto
Azhyz Maghfur
mantab inpohnya
http://setia1heri.com/2012/04/06/risalah-sholat-bagi-turinger/
izin share ya gan
@permadi : Silahken 😉
Thank You
Salam Lestari!
suwun gan…
Bagaimana jika kita ingin sholat namun pakaian kita dalam keadaan kotor. Dikarenakan cuaca sedang hujan?
@Nia : Saya pribadi, selama masih bisa ganti baju bisa ganti dulu. Jika memang kondisi tidak memungkinkan, lanjut saja shalatnya 🙂
Asalkan kotornya bukan najis, tidak jadi masalah. Kotor itu belum tentu najis, dan najis itu belum tentu kotor. Apalagi biasanya kan kotornya cuma kotor tanah. Tidak apa 🙂
Sangat bermanfaat. Tapi mohon dikoreksi…
1. Kuburan yang ada di jawa kan arahnya utara Dan selatan. Biasanya kepala orang meninggal berada di utara. Jadi kuburan tidak menghadap ke barat.
2. Coba kalau naik gunung, lebih memerhatikan vegetasi lagi deh. Setau saya, lumut itu selalu menghadap ke timur. Bukan ke arah barat.
Terimakasih.
@anita : Terimakasih masukannya 🙂
terima kasih infonyo,semoga ini menjadi amal shaleh.aamiin
Mas,,, Referensinya mana tu???
Jangan asal buat tulisan mas, rusak tata cara ibadah umat islam…
Saya setuju untuk shalat tetap kapan pun dan dimana pun, tapi dari beberapa pengajian yang saya ikuti,,, tayammum tidak bisa mengangkat hadast besar,,, tata cara tayammum pun tidak seperti pada tulisan diatas. Cebok bisa pakai tisu basah???? cebok oke dengan tiga bantu dan dengan air yang suci menyucikan, tau kan definisi suci menyucikan? emank tisu basah bisa suci menyucikan.
@Rial : Untuk tayammum (sudah di edit) copy dari : http://www.muhammadiyah.or.id/content-184-det-foto-peraga-tata-cara-berwudlu.html
Mohon info jika ada referensi lebih tepat agar tulisan di atas bisa disempurnakan.
Untuk tissue basah, sejauh yg saya pahami bisa digunakan dalam kondisi darurat air/air terbatas. Mohon infonya jika kondisi air terbatas, langkah apa yg harus dilakukan? Sharing yahhh 🙂
mudah2n bisa membantu..
coba buka tafsir surah al maidah ayat 6..
saya coba copas terjemahannya:
[1]Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat[2], maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub[3] maka mandilah. Dan jika kamu sakit[4] atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)[5] atau menyentuh perempuan[6], maka jika kamu tidak memperoleh air[7], bertayammumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan debu itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu[8] dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu[9], agar kamu bersyukur[10]. – See more at: http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-al-maidah-ayat-6.html#sthash.bBWGFNVu.dpuf
bbrp point dri ayat diatas:
1. berwudhu klo mau sholat
2. jika junub, maka mandilah
3. jika tidak memperoleh air, bertayamumlah..
wallahu’alam
mudah2n membantu..
klo ada yg salah mari diingatkan..
saling ingat mengingatkan dalam kebaikan 🙂
(y)
Dari Jabir r.a., ia berkata, “Kami telah keluar pada satu perjalanan, kemudian seorang teman kami tertimpa batu sampai luka kepalanya, kemudian ia bermimpi, lantas ia bertanya kepada teman-temannya, ‘Adakah kamu peroleh jalan yang memberi kelonggaran bagiku untuk tayamum?’ Mereka menjawab, ‘Kami tidak mengetahui jalan yg memberi kelonggaran bagimu, sedangkan engkau masih kuasa memakai air.’ Kemudian orang itu mandi, sehingga menyebabkan dia mati. Kemudian ketika kami sampai kepada Rasulullah Saw. diceritakanlah hal itu kepada beliau. Nabi berkata, ‘Mereka telah membunuhnya. Allah akan membunuh mereka. Mengapa mereka tidak bertanya kala tidak mengetahui? Sesungguhnya obat keraguan ialah bertanya. Sebenarnya ia cukup tayamum saja dan dibalut lukanya, kemudian di atas balutannya itu disapu dengan air, dan sekalian membasuh badannya yang lain.” (HR. Abu Daud dan Daruqutni)
tapi solatnya tetep harus disempurnakan dengan mengqodonya…
info bagus banget gan, izin share ya
Ping-balik: Blakrax Trip Panduan Shalat Ketika Naik Gunung dan Travelling » Blakrax Trip
nice info gan, sangat bermanfaat. ijin share yaah
Ijin Share gan.. sangat bermanfaat
@Wisnu : Silahkan, semoga bermanfaat 🙂
untungnya, selama ini ga pernah mimpi basah pas lagi naik gunung… hehehe
ijin share bang
KEREn ceritanya…
waaah manteb niih infonya…….. nice share 🙂
Bermanfaat benget nih infonya bagi yg sering traveling. Ijin share ya om..
@Sinta : Semoga bermanfaat 🙂
Bermanfaat bgt niy bang..
kpn2 trip brg dunk, biar gw jg bisa diajarin on the spot. Bkn cuma ulasan di atas tp juga ttg adventure
@Milbie : Yukk, bisa jalan dan belajar bersama 🙂
Sabtu, 15 nop ini ane insya Allah ke rakutak..
Silakan yg mo gabung.
Bs ketemu di himpala rakutak..
Mas El, kebetulan sekali saya nyari2 referensi panduan shalat saat di gunung.. thx ya artikelnya
@Arman : Semoga bermanfaat 🙂
Assalamu’alaikum bro n sist pencinta Alam Alloh …:) … Tulisan diatas sudah cukup bagus… namun sepertinya kurang sempurna karna msh ada bbrp yg kurang detil dan terkesan ceroboh …. Bersuci adlh sesuatu yg amat urgent dlm kehidupan ibadah umat islam dan tidak dapat dilakukan sembarangan tanpa bimbingan seorang guru ..saran saya ada baiknya para bro n sist selain membaca jg mau mencari tau lebih dalam lg ttg bagaimana tatacara berwudhu..cebok dg benda selain air .. tayammum … membasuh sepatu …sholat memakai sepatu ….. dll karna ilmu fiqh (tatacara ibadah) adalah ilmu praktek yg tak cukup jika hanya lewat membaca…
Bila ada yg mau sama2 belajar akan hal ini insyAlloh saya bersedia membantu … silahkan email ke ophay21@yahoo.com or pin bb 768463do.
semoga bermanfa’at
@Ophay : Terimakasih masukannya serta kesediannya utk berbagi ilmu 🙂
mkasih infonya gan, sangat membantu…..
@Rio : Semoga bermanfaat 🙂
Ping-balik: Panduan Shalat Ketika Traveling & Mendaki Gunung | Karena jalan-jalan gak perlu mahal
Tayammum itu hanya mmperbolehkan saja ℓȟȏ•◦°˚.. Niatnya aja, nawaitu at-tayammuma li istibaahati ash-sholati bukan lirof’il hadatsil ashghori ataw akbari…
Mas hati” nafsiri hadits fi’liynya ya, tidak semua kondisi pekerjaan itu sama karena fi’liy itu spesifik, gak ada sifat umumnya mas. Beda sama hadits qouliy.
Tapi stidaknya artikel ini sangat membantu. Terutama bagi” temen” yang mau merespon dngn berkomentar. Terima kasih.
@Gio : Terimakasih masukannya yahhh, sangat berarti untuk yg suka travelling.
wah mas boleh ijin share di blog saya yah, bagus banget dan mengena 😀
@Afrizal : OK, semoga bermanfaat 🙂
ane demen nih kalo temen sependaki, tidak meninggal shalat
kebanyakan hoby mendaki gunung tapi shalat di lupakan
@Izoel : Semangat 🙂
Mau nannya nih bagaimana dengan hukum sholat jumat bagi pendaki laki”
Makasih infonya ka. Bermanfaat bgt buat aku yg baru naik gunung.
@Geucha : Semoga bermanfaat 🙂
Ijin share yaa, bang..
Artikelnya bermanfaat sekali
Assalamu’alaikum,
Bagaimana hukumnya jika saya meninggalkan shalat jum’at ketika saya sedang mendaki gunung mungkin selama 3-4 hari yang mulai berangkat hari kamis?
Apakah ini termasuk safar? Bagaimana solusinya? apakah boleh digantikan dengan shalat dzuhur?
Hallo, sebaiknya menghindari pendakian di hari tersebut.
Namun jika memang jadwalnya seperti itu, menurut hemat saya digantikan dengan Dhuhur.
Semoga membantu.
Ping-balik: Panduan Shalat Ketika Naik Gunung dan Travelling Bagi seorang muslim, shalat ad | Ayotalk
Alhamdulillah semoga bermanfaat
gimna caranya sholat ketika lg mlakukan pendakian pas k puncak. biasanya ngk ada tempat yg agak landai kdg untuk duduk saja susah. aplg nnti melakukan gerakan rukuk n sujud khawatir nnti malah jatuh.
Saya pribadi, kalau sedang summit attack, shalat sambil duduk, karena tidak ada tempat rata. Gerakannya pun sebisa mungkin rukuk dan sujud sambil duduk.
Salut buat semua pendaki yg tetap melaksanakan sholat walaupun sedang menempuh trek jalur pendakian… kalian keren dan saya pun respek…
ada orang yg mendaki tetapi malah meninggalkan sholat dan menggantinya dengan cara mengqodho setelah selesai turun gunung.. hmmmm dan malah bangga…